No #1 Sewa Motor Semarang

RENTALMOTORSEMARANG.COM Cheng Ho adalah seorang laksamana Tiongkok yang memimpin ekspedisi ke Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur selama abad ke-15. Pada 1416, ia berhenti di utara Jawa, di sebuah kota yang sekarang dikenal sebagai Semarang. Dan Kelenteng Sam Poo Kong dibangun untuk memperingati kedatangannya.

Arsitektur candi mengadopsi unsur-unsur dari budaya Cina, Jawa, dan Islam. Berabad-abad kemudian, candi ini bukan hanya peninggalan laksamana yang ditinggalkan. Dia juga meninggalkan hal lain: komunitas yang harmonis dari budaya yang berbeda. Setelah Cheng Ho meninggalkan pulau itu, beberapa krunya tetap tinggal. Yuk baca terus untuk mengetahui tentang Sam Poo Kong.

Para kru tidak pernah meninggalkan Semarang, beradaptasi dengan adat istiadat setempat, dan menikah dengan wanita lokal. Keturunan mereka mempertahankan budaya Cina dan lokal tetap hidup. Perpaduan budaya saat ini masih ada dan ada selama berabad-abad.

baca juga: Kelenteng Sam Po Kong, Destinasi Wisata Kota Semarang yang Patut dikunjungi Wisatawan

Meskipun Cheng Ho sendiri adalah seorang Muslim. Sam Poo Kong adalah kuil Tridharma (Taoisme, Buddha, dan Konghucu). Peziarah yang datang ke pura ini tidak terbatas pada Tridharma saja. Beberapa Muslim, khususnya cabang Islam tradisional yang disebut Islam Kejawen, juga pergi ke kuil ini secara teratur untuk berdoa dan mencari berkah.

Arsitektur kuil sam poo kong

Sam Poo Kong juga merupakan representasi dari hidup bersama yang damai selama berabad-abad antara 3 budaya yang berbeda dalam komunitas kota. Pertama, candi mengambil bentuk Joglo Jawa. Desain ruangan berbentuk bujur sangkar tidak berdinding yang ditopang oleh empat tiang atau lebih. Kedua, pengaruh Cina juga begitu jelas.

Dan terakhir, Sam Poo Kong sendiri menghadap ke barat laut, menuju arah Mekah. Sama seperti setiap masjid Islam di dunia.

Apa Saja Yang Dapat Anda Ketahui Tentang Sam Poo Kong?

Berjalan di sekitar kuil dan tenggelam dalam warna merah. Dalam hal ini, warna keberuntungan Cina. Secara total, ada lima kelenteng di Kelenteng Sam Poo Kong. Kuil utama dan juga yang tertua adalah Sam Poo Kong. Empat lainnya adalah Pura Kyai Juru Mudi, Pura Kyai Jangkar.

Sisanya adalah Klenteng Kyai Cundrik Bumi dan Mbah Kyai Tumpeng. Perhatikan bagaimana nama mereka adalah nama Jawa daripada Cina. Perpaduan budaya tersebut rupanya tidak berhenti pada arsitekturnya saja.

baca juga: Wisata Lawang Sewu, Destinasi Liburan Bersejarah di Kota Semarang

Ukiran sam poo kong pada ekspedisi cheng ho

Pelajari lebih lanjut tentang ekspedisi Laksamana Cheng Ho pada mural batu yang diukir indah di dinding kuil. Relief itu baru saja ditambahkan pada saat renovasi tahun 2005. Ada sepuluh bagian yang bisa dipelajari dengan masing-masing menggambarkan satu bab petualangan laksamana di Indonesia. Di bagian bawah relief terdapat prasasti yang ditulis dalam 3 bahasa: Inggris, Cina, dan Indonesia.

Ambil inspirasi dari bagaimana perjalanannya tidak lain adalah misi perdagangan yang damai. Pelayaran Cheng Ho bukanlah tentang menaklukkan tanah baru atau memperluas kekuasaan. Ini tentang mencari persahabatan dan pertukaran budaya.

Kemudian, pelajari tentang salah satu krunya yang tidak pernah pergi, Ong Keng Hong. Jelas, kisahnya adalah kisah menarik kedua setelah ekspedisi. Penjelajah tersebut kemudian menjadi anggota masyarakat yang disegani selama abad ke-15 di Semarang. Bahkan, Ong Keng Hong berperan besar dalam masyarakat terutama dengan memperkenalkan budayanya kepada masyarakat Jawa saat itu. Inilah tentang Sam Poo Kong.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *