RENTALMOTORSEMARANG.COM – Semarang di Jawa Tengah adalah rumah bagi sejumlah hutan bakau, populer untuk pariwisata. Salah satunya wisata mangrove yang terletak di Maron Mangrove Edupark.
Destinasi seluas 50.000 meter persegi ini terletak di Pantai Maron, dekat Bandara Internasional Ahmad Yani, kurang lebih 20 menit dari jantung kota Semarang.
Menurut Antara, per hari melihat 50-100 wisatawan per hari selama hari kerja dan sekitar 500 orang pada akhir pekan.
Tempat Wisata mangrove tersebut dibuat setelah pihak pengembang melihat minimnya tempat wisata di Semarang. Hal ini juga bertujuan untuk membawa kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem pesisir.
Taman ini dikembangkan oleh warga sekitar dengan bantuan mahasiswa yang sedang melaksanakan program pengabdian masyarakat, Kuliah Kerja Nyata, dan oleh perusahaan farmasi PT Phapros yang berbasis di Semarang melalui program CSR-nya.
Pengunjung dapat mempelajari lebih lanjut tentang mangrove, termasuk cara menanam dan merawat pohon, bahkan dapat mencoba menanam sendiri di Maron Mangrove Edupark. Untuk bernavigasi di sekitar area, wisatawan dapat memilih untuk berjalan kaki atau naik perahu sewaan.
Salah satu pengunjung, Winarno, mengaku kagum dengan keindahan hutan bakau namun merasa akses menuju kawasan itu agak sulit.
“Apalagi setelah hujan,” ujarnya seraya berharap pihak pengelola menambah rest area bagi pengunjung dan memperbesar kawasan wisata. Tim manajemen Edupark berencana untuk menambah lebih banyak pilihan transportasi untuk memudahkan akses ke taman, seperti dengan menyediakan perahu baru untuk mengangkut penumpang ke Maerokoco Park, tempat wisata terdekat.
Selain Taman Mangrove Maron, tempat wisata mangrove lainnya di Semarang antara lain Taman Maerokoco, Ekowisata Mangrove di Desa Tapak dan Pantai Trimulyo. Mangrove, yang merupakan tumbuhan unik di dunia karena dapat bertahan hidup di air asin dan dapat menyaring air laut, memiliki kapasitas untuk mengimbangi kenaikan permukaan laut.
Bagaimana Wisata Mangrove melimpah di Semarang?
Penelitian oleh University of Southampton menemukan bahwa daerah tanpa bakau lebih rentan terhadap erosi dan perambahan air, sedangkan daerah bakau dapat mencegah dampak ini – yang kemungkinan disebabkan oleh pembentukan tanah di sekitar jaring akar – karena akarnya bertindak sebagai penghancur gelombang dan arus pasang surut.
Kepulauan ini kaya akan bakau, dengan sekitar 3 juta hektar hutan bakau tumbuh di sepanjang garis pantai negara sepanjang 95.000 kilometer, atau 23 persen dari seluruh ekosistem bakau dunia.
Namun, mangrove ini menghilang pada tingkat yang mengkhawatirkan. Faktanya, negara ini memiliki tingkat kerusakan bakau tercepat di dunia karena telah kehilangan 40 persen hutan bakaunya selama tiga dekade terakhir.
Kurangnya pedoman nasional tentang cara melestarikan dan merestorasi mangrove. Meski sudah ada Peraturan Presiden Nomor 73 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pengelolaan Ekosistem Mangrove, itu masih belum memadai, kata Daniel. “Itu regulasi satu-satunya tapi sifatnya hanya koordinatif.
Di dalam peraturan itu ditentukan siapa yang harus melakukan apa, tetapi tidak disebutkan bagaimana caranya,” katanya. Kedua, konservasi mangrove tidak masuk dalam Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim (RAN-API).
Alih-alih memanfaatkan mangrove sebagai pelindung alami terhadap kenaikan permukaan laut, pemerintah memilih untuk menggunakan sarana buatan, seperti tembok laut raksasa untuk melindungi kota dari naiknya air laut.
Misalnya, tanggul laut sedang dibangun untuk menutup Teluk Jakarta, yang merupakan bagian dari program National Capital Integrated Coastal Development (NCICD). Inilah Wisata mangrove yang dapat Anda ketahui.